Ingin punya kebun sayur di halaman rumah? Ingin memasak sayuran hasil kebun sendiri tapi halaman rumah ternyata sempit? Jangan khawatir, hidroponik adalah jawabannya.
Hidroponik akhir-akhir ini sedang ngetrend dan tampaknya akan jadi trend dalam jangka waktu yang panjang karena selain sebagai hobi mengasyikkan, berkebun secara hidroponik juga memiliki banyak manfaat dibanding bercocok tanam secara konvensional yang menggunakan tanah.
Dahulu sebelum hidroponik tren di kalangan hobiis, di daerah perkotaan hampir mustahil menemukan area hijau. Kini berkat hidroponik, semua halaman rumah atau bahkan di ruangan pun bisa jadi tempat untuk menanam buah-buahan dan sayur mayur.
Anda harus dan wajib tahu semua hal tentang hidroponik, dan untuk itulah artikel ini kami rilis.
Apa Itu Hidroponik?
Mungkin ada sebagian dari Anda yang masih bertanya-tanya, apa sih hidroponik itu?
Hidroponik, menurut sebagian besar sumber, secara bahasa berasal dari kata hydros dan ponos. Padahal sebenarnya istilah yang lebih tepat adalah hudor, bukan hydro (dalam Bahasa Yunani).
Hudor berarti air dan ponos berarti bekerja. Sambungan dari kedua istilah itu membentuk kata hydroponic yang berarti bekerja dengan air.
Secara lebih spesifik, hidroponik dapat diartikan sebagai sistem bercocok tanam menggunakan air, namun saat ini tidak hanya air yang digunakan dalam kegiatan hidroponik, sehingga hidroponik dalam artian modern mungkin lebih cocok disebut “bercocok tanam tanpa media tanah”. Pokoknya non tanah 😀
Berkebun dengan sistem hidroponik menggunakan larutan nutrisi dan berbagai media tanam seperti rockwool, cocopeat, hidroton, arang sekam, serbuk kayu, dan lain-lain sebagai pengganti media tanam pada umumnya yaitu tanah.
Jenis Tanaman Yang Dapat Ditanam Secara Hidroponik
Oke saya sudah paham arti hidroponik. Tapi, tanaman apa saja yang dapat ditanam dengan sistem hidroponik?
Ada banyak macam jenis tanaman yang bisa Anda budidayakan dengan menggunakan teknik hidroponik. Biasanya yang dikembangkan adalah tanaman jenis holtikultura seperti sayuran daun, sayuran buah, buah-buahan, tanaman hias, pertamanan, serta tanaman obat. Pada dasarnya, semua tanaman dapat ditanam dengan metode hidroponik, yang penting ialah bagaimana caranya agar nutrisi tanaman tersebut dapat terpenuhim, meski tanpa menggunakan unsur hara dari tanah lansgsung.
Di Indonesia sendiri, teknik budidaya tanaman ini mulai diterapkan sejak tahun 1980 dan yang marak dikembangkan hingga saat ini adalah tanaman sayuran, terutama sayuran daun dan sayuran buah. Baru kemudian lambat laun teknik hidroponik berkembang menjadi populer dan sudah mencapai ranah komersial besar-besaran seperti yang kita lihat akhir-akhir ini.
Kelebihan dan Kekurangan Hidroponik
Bisa dibilang teknik bercocok tanam yang memanfaatkan air sebagai jalur nutrisi utamanya ini sangatlah pas bagi siapapun. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari sistem ini? Mari kita bahas lebih lanjut.
Kelebihan Hidroponik
- Anda bisa menyalurkan hobi dan ketertarikan berkebun
- Hasil panennya dapat memenuhi asupan gizi Anda sekeluarga. Beda lho rasanya memakan selada atau sayuran lain dari hasil petik di kebun sendiri!
- Tanaman yang kita konsumsi juga kita bisa yakini bebas dari pestisida atau zat kimia lain yang tentunya berbahaya bagi kesehatan.
- Sudah banyak petani rumahan yang membuktikan bahwa mereka bisa meraup rupiah sebagai keuntungan dari pengembangan hobi ini. Bukankah sangat asyik mendapatkan penghasilan dari sebuah hobi yang kita tekuni tiap harinya?
- Sistem yang sangat portable atau mobile.
- Anda juga hanya perlu menyisihkan sedikit waktu setiap harinya untuk mengelola kebun hidroponik anda mulai dari masa tanam sampai nanti waktunya panen tiba.
- Tidak menggunakan tanah, lebih bersih dalam pengelolaannya
- Pertumbuhan tanaman cepat dan stabil jika dapat mengukur kebutuhan nutrisi tanaman yang terlarut dalam air dengan tepat. Jadinya lebih efisien ketimbang di tanah
- Lebih efisien dalam penggunaan air. Pada beberapa sistem, sisa keluaran air dapat ditampung lagi untuk dapat dipompa lagi masuk ke media tanam
- Hasil panen cenderung lebih banyak
- Lebih mudah dipanen ketimbang teknik konvensional
- Hemat tempat, dapat dilakukan di lahan sempit, bertanam hidroponik skala besar tidak perlu lahan yang sampai berhektar-hektar
- Steril, hasil penanaman untuk dikonsumsi lebih bersih dibanding jika ditanam di kebun biasa
- Penggunaan pupuk (tepatnya nutrisi) dapat diaplikasikan dengan efisien
- Tidak tergantung cuaca atau musim, apalagi bisa dilakukan di dalam rumah dengan bantuan lampu
- Risiko terkena hama atau penyakit jauh lebih kecil dibanding teknik bercocok tanam dengan tanah.
- Hasil dan struktur sistem hidroponik terlihat kompleks, kompak, indah dan asri.
Kekurangan Hidroponik
- Investasi awal cukup besar. Membutuhkan modal yang relatif besar jika ingin fokus, tapi tidak semuanya mahal kok. Anda bisa menggunakan teknik hidroponik sederhana yang sedang digandrungi para pemula. Baca disini cara menanam hidroponik sederhana untuk pemula.
- Perlengkapan dan peralatan hidroponik masih belum terlalu sering ditemukan. Karena belum sangat populer sehingga menjadi kebutuhan di Indonesia, penyedia perangkat dan pemeliharaan akan sistem bercocok tanam secara hidroponik masih sedikit. Tapi Anda beruntung, kami adalah salah satu toko hidroponik yang dapat Anda andalkan.
- Butuh ketelitian yang lebih. Kesalahan memberikan nutrisi atau tingkat keasaman yang tidak tepat dapat menimbulkan kerugian apalagi jika investasi yang dipasang sejak awal jumlahnya cukup besar. Oleh karena itu jika Anda masih pemula, kami sangat menyarankan untuk mencoba terlebih dahulu, gunakan sistem yang mudah seperti sistem sumbu atau wick. Selengkapnya baca disini.
Dengan penjelasan dan ilustrasi seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bisa diambil kesimpulan bahwa hidroponik merupakan teknik cocok tanam yang sangatlah praktis dan dipercaya akan menjadi semacam lifestyle di lingkungan perkotaan sekarang ini dan nantinya akan semakin populer. Di samping memenuhi kebutuhan akan bahan pangan, Anda juga bisa mengharapkan kebun hidroponik Anda sebagai titik untuk mempercantik rumah Anda baik secara interior maupun eksterior. Hebat, bukan?
Dimana Saya Bisa Bercocok Tanam Secara Hidroponik?
Jawabannya, di mana saja! Sistem hidroponik bisa dilakukan di halaman atau pekarangan rumah, dalam ruangan, dalam greenhouse, ataupun di luar ruangan.
Anda perlu tahu bahwa teknik hidroponik dapat berkembang dengan baik asalkan tersedia cukup sinar matahari (dapat digantikan dengan cahaya lampu tanaman), air, oksigen. Ketiga elemen penting ini yang tidak bisa Anda abaikan. Selebihnya, Anda hanya membutuhkan media tanam serta nutrisi yang sesuai. Jangan lupakan juga benih tanaman yang baik. Kami adalah toko hidroponik online yang menjual segala perlengkapan dan kebutuhan hidroponik.
Jika Anda memilih melakukan teknik hidroponik di dalam ruangan, Anda akan membutuhkan pencahayaan khusus (lampu tanaman grow light misalnya) guna menggantikan sinar matahari. Ada banyak keuntungan dari teknik hidroponik di dalam ruangan, salah satunya adalah memudahkan Anda untuk mengontrol kelembapan. Hal ini akan menekan pertumbuhan bakteri dan permasalahannya.
Bagaimana Cara Memulai Hidroponik?
Sampai disini Anda tentu telah membaca tentang dasar-dasar hidroponik, seperti pengertiannya, jenis tanamannya, dimana melakukannya, apa saja kelebihan dan kekurangan. Setelah mengetahui hal-hal dasar tersebut, pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana cara menanam hidroponik? Bagaimana saya memulainya?
Sebenarnya tidak susah kok untuk bercocok tanam secara hidroponik. Kunci kesuksesannya terletak pada pemilihan sistem dan prosedur yang tepat. Perawatan rutin wajib dilakukan mulai dari pembibitan sampai masa panen.
Pada tingkat newbie atau pemula, menanam hidroponik mungkin hanya sekadar hobi dan cukup menanam saja dulu yang penting berhasil. Ini bagus, sangat dianjurkan, agar Anda terbiasa dulu untuk berhasil, lalu kemudian nanti baru melangkah ke tingkat selanjutnya: mengupayakan agar hasil panen lebih bagus performanya.
Karena pada tingkat advanced atau lanjutan, jika Anda sudah biasa berhasil dengan dasar yang sederhana, Anda tentu ingin hasil sayuran yang dihasilkan bagus. Oleh karena itu pakar hidroponik (nantinya Anda) harus memantau kadar debit air pada bak penampungan air nutrisi, secara rutin mengukur kadar PPM pada air nutrisi sesuai dengan jenis tanaman yang ditanam, dan lain sebagainya. Mengenai aktivitas lanjutan seperti ph tanah, kadar ppm, dll akan kita bahas lebih jauh lagi nanti.
Untuk memulai sebuah sistem bercocok tanam secara hidroponik, Anda harus memilih sistem yang tepat bagi Anda. Di bawah ini kami jelaskan beberapa jenis hidroponik dan perbedaannya masing-masing, beserta contohnya.
Perbedaan Hidroponik Menurut Media Tanamnya
Pada prakteknya secara umum, metode hidroponik sangatlah mudah untuk dilakukan. Pada dasarnya ada dua macam teknik utama yang dikenal dalam pengembangannya, yaitu hidroponik substrat dan non-substrat.
Berbicara tentang hidroponik substrat, cara penanamannya hampir sama dengan bertanam secara konvensional dengan menggunakan pot. Akan tetapi media tanam yang digunakan umumnya dibuat dari media tanam buatan seperti arang sekam, rockwool, cocopeat, hidroton dan serbuk kayu.
Pemberian nutrisi pada sistem ini dilakukan dengan irigasi tetes yang bisa diaplikasikan dengan membasahi daerah sekitar tanaman. Sedangkan untuk hidroponik non-substrat, metode ini mengacu pada budidaya dengan cara meletakkan akar tanaman pada air yang sudah diberi nutrisi dan kemudian disirkulasi. Nutrisi hidroponik dapat dibuat sendiri atau bisa Anda beli yang sudah jadi berupa serbuk dan sisa dicampur air.
Macam-Macam Sistem Hidroponik
Ketika Anda hendak memilih sistem hidroponik, Anda wajib mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan masing-masing sistem agar sesuai dengan kebutuhan dan keinginan Anda serta untuk meningkatkan potensi keberhasilan.
Pada dasarnya ada 6 jenis sistem hidroponik. Tiap sistem mempunyai ciri-ciri serta kelebihan dan kekurangannya. Keenam sistem dasar tersebut meliputi sistem sumbu (wick system), sistem rakit apung (floating hydroponic system), sistem pasang surut (ebb & flood system), sistem irigasi tetes (drip system), NFT (Nutrient Film Technique), dan aeroponik.
Bahasan tentang macam-macam cara menanam hidroponik dan contohnya sebenarnya sudah pernah kami sadur, tapi pada artikel ini kami jabarkan kembali dengan gaya penulisan yang berbeda, dengan tujuan agar Anda dapat lebih memahami.
Jika Anda sudah ahli nantinya, dari enam sistem dasar tersebut, Anda dapat mengkombinasikannya menjadi bermacam bentuk dan sistem baru. Bukan tidak mungkin nanti lahir teknik hidroponik baru yang asalnya dari Indonesia, apalagi ternyata jika awal mula mengenal hidroponik adalah membaca artikel ini 😀
Baik, kembali ke masalah pemilihan sistem hidroponik, sekali lagi Anda harus memilih yang sesuai dengan mempertimbangkan berbagai hal seperti lokasi dan keinginan Anda.
Anda juga sebaiknya memikirkan tentang apakah Anda ingin sistem dengan perlengkapan sederhana yang perawatannya mudah, atau Anda malah ingin sistem canggih yang bisa menghasilkan produk panen yang terbaik.
Di bawah ini kita akan membahas dan mengenali masing-masing sistem satu persatu.
I. Sistem Sumbu / Wick System
Di antara berbagai jenis sistem hidroponik, sistem sumbu adalah jenis yang paling sederhana dan sangat cocok untuk pemula. Sistem ini merupakan sistem pasif yang simpel dan tidak menggunakan listrik. Dalam hidroponik sistem sumbu, akar tanaman tidak dicelupkan langsung ke dalam air melainkan dengan perantara sumbu atau bahan yang mudah menyerap air seperti sumbu kompror dapur, kain flanel, atau bahkan kaos bekas.
Walaupun akar tidak dicelupkan langsung ke dalam air, proses penyerapan nutrisi tetap bisa terjadi berkat adanya gaya kapilaritas air pada sumbu yang salah satu ujungnya menyentuh air nutrisi dan ujung lainnya menyentuh akar tanaman.
Dalam sistem sumbu, udara diserap oleh akar tanaman bersamaan dengan penyerapan larutan nutrisi. Media tumbuh yang baik akan sangat membantu untuk memastikan bahwa tanaman mendapatkan pasokan udara yang cukup. Ketika cadangan air nutrisi pada reservoir (tempat penampungan air misalnya bak atau loyang) akan habis, pengisian kembali dapat dilakukan dengan cara manual tanpa perlu menggunakan pompa air seperti pada sistem lain.
Pada gambar di atas Anda bisa melihat bagaimana memanfaatkan botol aqua atau minuman bekas dan dijadikan tanaman hidroponik dengan sistem sumbu wick. Kami sudah pernah membahas tahapan cara dalam menciptakan tanaman hidroponik dari botol aqua, pada artikel cara membuat hidroponik dengan mengunakan botol aqua bekas, silahkan klik disini atau juga bisa klik disini.
Cabe rawit juga sangat marak ditanam dengan sistem wick ini lho!
Daya tarik dari sistem sumbu ini terletak pada kemudahan dan kesederhanaannya. Jika Anda mencari cara bertanam hidroponik sederhana, sistem wick adalah jawabannya. Anda dapat membuat sendiri sistem hidroponik sumbu ini dengan mudah, cepat, dan juga ekonomis pastinya. Selain itu sistem ini sangat cocok bagi Anda yang tidak ingin direpotkan dengan berkali-kali menyiram tanaman, karena Anda cukup mengisi kembali air nutrisi ketika sudah hampir habis.
Untuk media tanam yang bisa anda pilih untuk sistem sumbu ini adalah cocopeat, hidroton, sekam bakar, rockwool dan serat atau serbuk kulit buah kelapa. Sementara untuk jenis tanaman yang baik untuk ditanam menggunakan sistem sumbu adalah kangkung, sawi, seledri, dan pakcoy.
Kelebihan dan Kekurangan Sistem Sumbu / Wick
Kelebihan | Kekurangan |
|
|
II. Sistem Rakit Apung / Floating Hydroponic System (FHS)
Sistem rakit apung atau floating hydroponic system (FHS) merupakan suatu budidaya tanaman (khususnya sayuran) dengan cara menanamkan/menancapkan tanaman pada lubang styrofoam yang mengapung di atas permukaan larutan nutrisi dalam suatu bak penampung atau kolam sehingga akar tanaman terapung atau terendam dalam larutan nutrisi.
Metode ini dikembangkan pertama kali oleh Jensen (1980) di Arizona dan Massantini (1976) di Italia.
Pada sistem ini, larutan nutrisi tidak disirkulasikan namun dibiarkan pada bak penampung dan dapat digunakan lagi dengan cara mengontrol kepekatan larutan dalam jangka waktu tertentu. Hal ini perlu dilakukan karena dalam jangka waktu yang cukup lama akan terjadi pengkristalan dan pengendapan nutrisi pada dasar kolam yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
Beberapa karakteristik pada sistem ini adalah fluktuasi suhu larutan nutrisi lebih rendah karena terisolasinya lingkungan perakaran dan dapat digunakan pada daerah dengan sumber energi listrik terbatas karena tidak terlalu bergantung pada listrik.
Agar styrofoam bertahan lama, biasanya bagian atasnya dilapisi plastik mulsa atau aluminium foil. Menggunakan aluminium foil juga dapat berguna untuk memantulkan cahaya silau dengan tujuan meminimalisir risiko tanaman didatangi hama.
Biasanya, bak penampungan air nutrisi mempunyai kedalaman antara 10 – 20 cm dengan kedalaman larutan nutrisi berkisar antara 6 – 10 cm. Untuk meningkatkan suplai oksigen ke akar tanaman, Anda bisa juga menggunakan alat tambahan seperti pompa akuarium, aerator, atau powerhead dengan nepel udara yang dimasukkan ke dalam bak penampungan air nutrisi.
Tanaman yang cocok ditanam dengan sistem ini adalah tanaman yang pertumbuhannya cepat dan suka banyak air seperti selada, kangkung, dan jenis sawi-sawian yang lain seperti sawi caisim, sawi pakcoy, sawi bakso, sawi bunga, dan sawi petsai).
Sedikit tips untuk sistem rakit apung, sebaiknya Anda menempatkan bak plastik pada area yang terkena cukup sinar matahari. Anda juga harus menjaga ketersediaan nutrisi. Dan pastikan akar tanaman tetap menempel pada air nutrisi.
Kelebihan dan Kekurangan Sistem Rakit Apung/Floating Hidroponic System (FHS)
Kelebihan | Kekurangan |
|
|
III. Sistem Pasang Surut / Flood and Drain System
Pemompaan merupakan faktor utama dalam sistem pasang surut atau juga dikenal sebagai flood and drain system. Air, oksigen, dan juga nutrisi dipompa dari bak penampungan ke media untuk membasahi akar. Proses pemompaan ini disebut proses pasang. Kemudian, setelah beberapa waktu, air nutrisi akan turun kembali menuju bak penampungan yang disebut proses surut.
Sistem ini juga biasa disebut sebagai ebb and flow system. Pada sistem ini, umumnya posisi pompa air dibenamkan pada larutan nutrisi dan dihubungkan dengan timer atau pengatur waktu. Jeda waktu antara proses pasang dan surut dapat diatur menggunakan timer sesuai kebutuhan tanaman. Jadi sudah pasti jenis tanaman yang satu dan yang lainnya membutuhkan setting timer yang berbeda juga. Kuncinya adalah agar tanaman tidak terlalu tergenang atau kekurangan air.
Sistem hidroponik ini bisa menggunakan beberapa macam media pertumbuhan. Akan tetapi, untuk hasil yang optimal, Anda disarankan memilih media tanam yang bisa menampung air cukup lama. Hal ini cukup penting untuk mengantsipasi timer yang mati atau bermasalah akibat gangguan arus listrik.
Jika Anda menggunakan media tanam yang bisa menampung atau menahan air dalam waktu yang cukup lama, jika terjadi gangguan aliran listrik, akar tanaman masih bisa bertahan dengan sisa air yang tersimpan dalam media tanam. Media yang baik untuk sistem ini bisa menggunakan hidroton, cocopeat, kerikil, dan rockwool. Media tersebut terbukti bisa menampung air dalam waktu yang relatif lama yang bisa membantu mencegah tanaman kering akibat kekurangan air dan nutrisi.
Kelebihan dan kekurangan sistem pasang surut (flow and drain system)
Kelebihan | Kekurangan |
|
|
IV. Sistem Irigasi Tetes / Drip Irrigation System
Sistem irigasi tetes merupakan salah satu jenis sistem hidroponik yang tergolong sederhana. Pasalnya, prinsip dari sistem ini hanya memberikan air dan nutrisi dalam bentuk tetesan yang menetes secara terus menerus sepanjang waktu. Tetesan ini diarahkan tepat pada daerah dimana akar berada sehingga tanaman bisa langsung menyerap air dan nutrisi yang dibutuhkan. Kecepatan tetesan nutrisi dapat diatur sedemikian rupa agar sesuai takaran dan tidak menggenangi tanaman. Sistem ini bisa diibaratkan seperti infus. Sistem ini pada prinsipnya sama saja dengan menyiram tanaman namun dilakukan secara otomatis, terus menerus dan pastinya sesuai dosis.
Dalam sistem irigasi tetes ini terdapat 2 model yang bisa digunakan, yaitu recovery dan non-recovery. Jika recovery, maka larutan nutrisi akan dikembalikan ke reservoir atau penampungan air. Sedangkan jika menggunakan model non-recovery, larutan nutrisi akan dibiarkan mengalir ke tanah atau saluran pembuangan khusus. Dari kedua model tersebut, model non-recovery lebih banyak diminati walaupun pastinya akan membutuhkan larutan nutrisi lebih banyak. Sebab pada model irigasi tetes recovery sering terjadi perubahan parameter pada larutan nutrisi, terutama perubahan tingkat pH.
Dengan sistem irigasi tetes, media tanam yang digunakan cukup media tanam pot konvensional yang tentunya harganya jauh lebih murah dibandingkan media tanam hidroponik. Seperti yang kita tahu, media tanam konvensional sebenarnya sudah mengandung nutrisi dalam jumlah yang sedikit. Oleh karenanya, Anda tidak perlu membuat larutan nutrisi yang terlalu pekat.
Nutrisi yang dilarutkan pada sistem irigasi tetes ini dibuat lebih encer konsentrasinya jika dibandingkan dengan sistem tanam hidroponik yang lainnya. Sistem hidroponik model irigasi tetes sangatlah sesuai untuk membudidayakan tanaman yang notabene membutuhkan asupan nutrisi yang banyak seperti tomat, cabai, dan berbagai tanaman buah lainnya. Model ini juga baik untuk tanaman yang berukuran besar serta membutuhkan waktu yang cukup lama untuk budidayanya.
Mengenai timer yang digunakan untuk sistem irigasi tetes, anda bisa menggunakan timer yang tidak sebagus timer untuk sistem hidroponik lainnya. Anda bisa menggunakan timer yang biasa dijual di toko listrik. Seandainya terjadi kesalahan hingga tanaman tidak mendapat larutan nutrisi selama, sebagai contoh, 24 jam, tanaman masih tetap bisa hidup normal. Timer yang kami rekomendasikan (laris dibeli) adalah stop kontak otomatis merek Kaiser.
Perlengkapan lain yang mungkin Anda butuhkan dalam membangun sistem ini selain timer, selang PE/HDPE, juga aneka jenis nepel, konektor, dan stick dripper, yang bisa Anda temukan di kategori fertigasi dan irigasi hidroponik.
Kelebihan dan Kekurangan Sistem Irigasi Tetes
Kelebihan | Kekurangan |
|
|
V. Nutrient Film Technique (NFT)
Sistem ini termasuk salah satu sistem yang paling populer dan paling sering digunakan dalam rangkaian sistem hidroponik, terutama hidroponik skala besar atau skala bisnis. Sistem ini mengalirkan larutan nutrisi yang dipompa dari reservoir secara terus-menerus ke dalam tray pertumbuhan, biasanya bisa berupa talang air atau pipa PVC.
Bagian akar yang terendam nutrisi kira-kira hanya setengahnya saja. Air nutrisi yang sudah melewati perakaran akan kembali ke reservoir. Siklus ini akan berlangsung terus-menerus. Dengan demikian, bisa ditarik kesimpulan bahwa sistem ini sangat bergantung dengan listrik. Kehilangan daya listrik atau jika terjadi kerusakan pada pompa, akar tanaman bisa mengering dengan cepat.
Jika Anda tertarik memilih sistem NFT, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
- Kemiringan tray pertumbuhan atau talang berkisar antara 1 – 5% agar air nutrisi bisa mengalir dengan baik (tidak terlalu cepat dan tidak menggenang).
- Kecepatan aliran masuk tidak boleh terlalu cepat. Hal ini bisa diatur dengan pembukaan keran berkisar antara 0,3 – 0,75 liter per menit.
- Lebar talang cukup memadai untuk mengindari terbendungnya air nutrisi.
- Suhu lingkungan harus sesuai dengan karakter tanaman yang ditanam agar tanaman tidak mati.
- Nutrisi yang diberikan harus sesuai dengan takaran yang dibutuhkan oleh tanaman agar pertumbuhan bisa optimal.
- Selama air nutrisi bebas dari kontaminasi, akar akan mampu berkembang dengan baik dan sehat. Oleh karena itu, sebaiknya anda menggunakan reservoir yang tertutup seperti ember yang ada tutupnya.
Sistem NFT ini sangatlah ideal untuk sayuran daun, herba, dan semua tanaman berumur pendek. Sistem NFT terkadang juga digunakan untuk tomat, mentimun, kacang-kacangan, labu, paprika, dan stroberi. Untuk sayuran berumur panjang, saluran NFT bisa dibuat lebih besar.
Kelebihan dan Kekurangan Sistem NFT
Kelebihan | Kekurangan |
|
|
VI. Sistem Aeroponik
Sistem ini bisa dibilang merupakan sistem hidroponik yang paling mutakhir. Sistem aeroponik tidak memerlukan media tanam. Prinsip kerjanya dengan menyemprotkan larutan nutrisi yang dikabutkan ke akar tanaman yang menggantung bebas. Frekuensi pengabutan biasanya setiap beberapa menit dan harus teratur karena jika tidak teratur, akar akan mengering dengan cepat.
Sistem ini menggunakan timer untuk menyalakan dan mematikan mesin penyemprot larutan nutrisi. Timer yang digunakan untuk aeroponik harus yang berkualitas untuk mengindari kerusakan timer karena frekuensi on-off yang singkat. Biasanya tanaman yang dikembangkan dengan cara aeroponik memiliki pertumbuhan yang lebih cepat jika dibandingkan dengan sistem tanam hidroponik model lainnya.
Hal ini disebabkan karena nutrisi diberikan dengan cara dikabutkan secara langsung ke akar. Oleh karenanya, akar bisa lebih mudah menyerap nutrisi tersebut beserta air dan oksigen. Sistem aeroponik sangat cocok untuk budidaya tanaman berkubutuhan nutrisi tinggi seperti kentang namun juga cocok untuk budidaya tanaman lain seperti selada keriting, kangkung, bayam, caisim, pakcoy, dan lain-lain.
Jika Anda berkecimpung dalam dunia pengkabutan nutrisi, Anda akan berhubungan dengan perlengkapan hidroponik fogger atau mister.
Kelebihan dan Kekurangan Sistem Aeroponik
Kelebihan | Kekurangan |
|
|
Cara Membuat Tanaman Hidroponik (Masing-Masing Sistem)
Pada bagian ini kita akan mempelajari cara membuat tanaman hidroponik untuk masing-masing yang telah dijabarkan di atas.
Cara Membuat Tanaman Hidroponik Sistem Wick (Botol)
Seperti yang sudah dijelaskan di bagian sebelumnya, daya tarik dari sistem ini adalah kesederhanaannya. Anda dapat membuat sendiri sistem hidroponik sumbu ini dengan mudah cepat dan ekonomis. Berikut ini adalah langkah-langkahnya.
Alat dan Bahan
- Botol aqua (atau botol minum lain) bekas ukuran 1,5 liter.
- Potongan kain flanel dengan panjang sekitar 30 cm.
- Bibit tanaman dan media tanam rockwool.
Langkah-langkah
- Potong ¼ bagian atas botol.
- Potong dan ambil ½ bagian atas botol.
- Lubangi pada sisi kanan dan kiri bagian atas botol dan buka tutup botolnya.
- Masukkan potongan kain flannel dari lubang sisi kanan tembus ke lubang sisi kiri.
- Botol bagian bawah diisi dengan air nutrisi kira-kira ¾ bagian.
- Letakkan potongan botol bagian atas pada potongan botol bagian bawah dengan posisi terbalik.
- Letakkan bibit tanaman beserta media tanam rockwool di atas kain flanel.
- Sistem wick botol siap digunakan.
Cara Membuat Tanaman Hidroponik Sistem Wick (Styrofoam)
Seperti sistem wick botol, selain karena kesederhanaannya, sistem ini cocok bagi Anda yang tidak ingin direpotkan dengan berkali-kali menyiram tanaman karena anda cukup mengisi kembali air nutrisi ketika sudah hampir habis.
Alat dan Bahan
- Bibit tanaman
- Box styrofoam
- Net pot
- Potongan kain flanel
- Pelubang styrofoam dengan diameter 4,4 cm.
Langkah-langkah
- Siapkan box styrofoam, buat penanda dengan jarak masing-masing titik 17 cm (jarak dari tepi bisa 15 cm atau 17 cm).
- Panaskan alat pelubang styrofoam dengan menggunakan api lilin atau anda bisa juga menggunakan kompor.
- Lubangi styrofoam pada penanda yang sudah dibuat sebelumnya.
- Lapisi bagian dalam styrofoam dengan plastik mulsa atau plastik UV agar styrofoam lebih tahan lama.
- Isi dengan air nutrisi AB mix kira-kira setinggi 10 cm.
- Siapkan net pot yang sudah dipasangi potongan kain flanel.
- Letakkan bibit tanaman pada net pot.
- Masukkan net pot yang berisi bibit tanaman pada lubang Styrofoam yang sudah siap digunakan.
- Cek dan pastikan sumbu atau kain flannel menyentuh air nutrisi AB mix.
Cara Bertanam Hidroponik Sistem Rakit Apung
Sistem rakit apung merupakan suatu cara budidaya tanaman, khususnya sayuran, dengan cara menanam tanaman pada lubang styrofoam yang mengapung di atas permukaan air nutrisi.
Alat dan Bahan
- Papan GRC 1 buah dengan ukuran 100×60 cm.
- Net pot.
- Bibit tanaman.
- Styrofoam 1 buah ukuran 100×60 cm.
- Pelubang styrofoam.
- Plastik UV.
- Meja penyangga.
- Rangka 1 buah ukuran 100x60x10 cm.
Langkah-langkah
- Siapkan meja penyangga atau anda bisa juga mengaplikasikan sistem rakit apung ini di lantai tanpa meja penyangga.
- Siapkan papan GRC dan letakkan di atas meja penyangga.
- Siapkan rangka tambahan menyerupai bingkai (frame) dan diletakkan di atas papan GRC.
- Lapisi bingkai rangka dengan plastik UV atau plastik mulsa untuk membuat semacam kolam.
- Baut lapisan plastik pada rangka.
- Siapkan styrofoam, tanda dengan jarak masing-masing titik 17 cm.
- Panaskan pelubang styrofoam pada api lilin atau kompor, lubangi styrofoam pada penanda yang sudah dibuat.
- Tuang air nutrisi AB mix.
- Tutup kolam dengan styrofoam yang sudah dilubangi.
- Masukkan net pot dan bibit tanaman ke dalam lubang di styrofoam. Anda bisa menggunakan rockwool sebagai media tanam.
Cara Bertanam Hidroponik Sistem DFT Ulir
Sistem DFT atau Deep Flow Technique membutuhkan sumber daya listrik yang digunakan untuk memungkinkan adanya sirkulasi air yang berada dalam talang-talang. Sirkulasi bisa dilakukan dengan menggunakan pompa. Anda bisa menggunakan timer untuk mengatur kapan pompa hidup dan kapan pompa mati untuk semakin mempermudah anda dan untuk menghemat pemakaian listrik. Sistem DFT meletakkan akar tanaman pada lapisan air dengan kedalaman antara 4-6 cm.
Alat dan Bahan
- Penyambung pralon L drat dalam ukuran ½ inci sebanyak 11 buah.
- Penyambung pralon sock drat luar ukuran ½ inci sebanyak 11 buah.
- Penyambung pralon L knee ukuran ½ inci sebanyak 3 buah.
- Penyambung pralon sock drat dalam ukuran ½ inci sebanyak 1 buah.
- Penutup pralon dop ukuran 3 inci sebanyak 12 buah.
- Pipa pralon ukuran 3 inci sebanyak 6 buah, masing-masing sepanjang 100 cm.
- Pipa pralon ukuran ½ inci satu buah.
- Stop kran ukuran ½ inci sebanyak satu buah.
- Potongan flannel.
- Container box yang akan digunakan sebagai reservoir air dengan ukuran 50 liter sebanyak 1 buah.
- Net pot
- Pompa air celup sebanyak 1 buah dengan daya dorong 2 m.
- Hole saw ukuran 1,9 cm untuk melubangi penutup pralon dop.
- Hole saw ukuran 4,4 cm untuk melubangi pipa.
- Bibit tanaman.
- Rangka penyangga.
Langkah-langkah
- Siapkan rangka dan 6 buah pipa PVC ukuran 3 inci panjangnya @100 cm.
- Buat penanda masing-masing jaraknya 17 cm.
- Lubangi penanda tersebut dengan hole saw diameter 4,4 cm.
- Rapikan lubang dengan cutter.
- Siapkan 12 buah penutup pralon dop sebanyak 12 buah. 11 buah dilubangi bagian tengahnya dengan menggunakan hole saw diameter 1,9 cm.
- Pasang penyambung pralon sock drat luar ukuran ½ inci dan penyambung pralon L drat dalam ukuran ½ inci pada lubang tersebut.
- Pasangkan pralon tersebut pada pipa yang sudah disipakan sebelumnya kemudian letakkan pada rangka. Dop yang tidak dilubangi dipasang pada pipa yang diletakkan paling atas pada rangka.
- Sambungkan pipa-pipa tersebut dengan pipa pralon ukuran ½ inci. Sambungan yang berada paling bawah pada rangka berfungsi untuk saluran menuju bak penampung air nutris AB mix.
- Siapkan bak air dan pompa air celup, sambungkan dengan pipa ukuran ½ inci dan stop keran ukuran ½ inci untuk mengalirkan air nutris AB mix. Sebagai catatan, lubang pertama pada rangkaian pipa tidak diisi tanaman, melainkan sebagai lubang input aliran air nutrisi AB mix dari pompa air.
- Pasang stop kran pada pipa saluran input untuk mengatur debit air agar sesuai kebutuhan.
- Masukkan air nutrisi AB mix pada bak penampung, nyalakan pompa air untuk menguji aliran air dan kebocoran pada sambungan pipa.
- Jika tidak ada kebocoran dan air mengalir dengan lancar pada pipa output, berarti rangkaian sudah siap digunakan. Jika terjadi kebocoran pada sambungan pipa, anda bisa menggunakan lem PVC.
- Siapkan net pot yang sudah dipasangi potongan kain flannel dan bibit tanaman.
- Tata bibit tanaman pada lubang yang sudah tersedia pada pipa rangkaian.
- Sistem hidroponik DFT ulir siap digunakan.
Cara Menanam Hidroponik Sistem Dutch Bucket
Sistem hidroponik dutch bucket cara kerjanya adalah dengan mengalirkan air nurisi dalam bentuk tetesan pada bak tanaman secara terus menerus dan air lebihnya dialirkan ke pipa pembuangan menuju bak penampungan nutrisi untuk digunakan lagi.
Alat dan Bahan
- Bibit tanaman.
- Potongan flannel.
- Net pot.
- Sambungan pipa L drat dalam ukuran ½ inci sebanyak 6 buah.
- Sambungan pipa drat luar ukuran ½ inci sebanyak 6 buah.
- Sambungan pipa L knee ukuran ½ inci sebanyak 7 buah.
- Sambungan pipa T ukuran ½ inci sebanyak 5 buah.
- Sambungan pipa sock drat dalam ukuran ½ inci sebanyak 1 buah.
- Penutup pipa dop ukuran ½ inci sebanyak 1 buah.
- Pipa ukuran ½ inci sebanyak 1 batang.
- Stick drip sebanyak 6 buah.
- Nepel sebanyak 6 buah.
- Selang mikro ukuran 5 mm sebanyak 6 buah dengan panjang masing-masing 50 cm.
- Pompa air celup sebanyak 1 buah.
- Mata bor drat 8 mm.
- Mata bor 5 mm.
- Gergaji besi.
- Hole saw ukuran 1,9 cm.
- Hole saw ukuran 4,4 cm.
- Contaimer box ukuran 50 liter sebanyak 1 buah.
- Box atau bisa menggunakan ember bekas sebanyak 6 buah.
- Rangka penyangga.
Langkah-langkah
- Siapkan meja penyangga lalu siapkan 6 box atau ember bekas. Tandai salah satu sisi samping box dengan jarak kira-kira 7 cm dari dasar.
- Lubangi titik yang sudah ditandai dengan hole saw diameter 1,9 cm.
- Pasang L drat dalam ukuran ½ inci dan sock drat luar ukuran ½ inci pada lubang tersebut untuk saluran output air nutrisi AB mix.
- Pasang tutup box tersebut.
- Lubangi tutup box dengan hole saw diameter 4,4 cm kemudian tata pada meja penyangga.
- Buat rangkaian saluran output air nutrisi AB mix menuju bak penampung dan hubungkan dengan menggunakan pipa ukuran ½ inci, L knee ukuran ½ inci, dan sambungan pipa T ukuran ½ inci.
- Buat saluran input menggunakan pipa ½ inci sepanjang 1 meter. Tandai masing-masing 2 titik di dekat susunan box.
- Lubangi dengan bor ukuran 5 mm, buat drat pada lubang tersebut dengan mata bor drat ukuran 8 mm.
- Pasang nepel pada lubang tersebut, tutup salah satu ujung pipa menggunakan dop ukuran ½ inci.
- Siapkan pompa air celup dan bak penampung larutan nutrisi AB mix.
- Sambungkan pompa air dengan pipa saluran input.
- Siapkan 6 buah selang mikro 5 mm panjangnya @50 cm dan 6 buah stick drip. Pasang selang pada stick drip.
- Siapkan 6 net pot dan 6 potong kain flannel. Masukkan potongan kain flannel pada dasar net pot. Panjang kain flannel diusahakan bisa menyentuh larutan nutrisi pada dasar box saat dipasang.
- Letakkan net pot pada tiap lubang tutup box.
- Hubungkan selang dan stick drip pada nepel.
- Tancapkan ujung stick drip pada net pot.
- Isi bak penampung dengan air nutrisi AB mix, nyalakan pompa air dan pastikan larutan nutrisi dapat mengalir dengan lancar dan tidak ada kebocoran pada rangkaian. Gunakan lem PVC jika terjadi kebocoran pada sambungan.
- Masukkan bibit tanaman dan media tanam ke dalam net pot. Media tanam yang digunakan bisa berupa rockwool atau hidroton. Anda bisa menggunakan net pot dengan ukuran yang lebih besar tergantung jenis tanaman yang akan ditanam.
Cara Menanam Hidroponik Sistem NFT Talang
Sistem hidroponik ini akan membuat akar tanaman terendam air nutrisi yang mengalir secara terus menerus sehingga akar tanaman memperoleh cukup air, nutrisi, dan oksigen.
Alat dan Bahan
- Pipa ukuran ½ inci sebanyak 1 batang.
- Sambungan pipa L knee ukuran ½ inci sebanyak 2 buah.
- Talang air ukuran 4 inci sebanyak 4 batang.
- Sekata talang ukuran 4 inci sebanyak 2 buah.
- Output talang ukuran 4 inci sebanyak 1 buah.
- Nepel sebanyak 6 buah.
- Net pot.
- Bibit tanaman.
- Container box ukuran 50 liter.
- Pompa air celup.
- Mata bor 5 mm.
- Mata bor drat 8 mm.
- Selang mikro ukuran 5 mm sebanyak 6 buah dengan panjang @10 cm.
- Hole saw ukuran 1,9 cm.
- Hole saw ukuran 4,4 cm.
- Rangka penyangga.
Langkah-langkah
- Siapkan talang air ukuran 4 inci.
- Potong bagian dinding kanan dan kirinya, sisakan sekitar 10 cm untuk tingginya.
- Tata talang pada rangka yang sudah disiapkan.
- Potong dinding sambungan talang, sisakan tinggi sekitar 10 cm.
- Buat saluran output dengan menggunakan talang ukuran 4 inci dan ditutup di kedua sisinya.
- Letakkan saluran output di bawah rangkaian talang yang sudah diletakkan di rangka pada salah satu sisi rangkaian dengan posisi melintang.
- Siapkan talang air untuk tutup rangkaian talang yang sudah dipasang di rangka, kurangi bagian dindingnya hingga tersisa 5 cm untuk tingginya.
- Buat lubang pada tutup talang dengan hole saw ukuran 4,4 cm. Jarak antar lubang sekitar 17 cm.
- Pasang tutup pada talang.
- Siapkan bak berisi larutan nutrisi AB mix dan pompa air celup.
- Siapkan pipa ½ inci untuk saluran input, salah satu ujung pipa ditutup dengan dop ukuran ½ inci. Pasang nepel pada pipa input, masing-masing talang mendapatkan 2 titik nepel. Pasang selang mikro 5 mm pada nepel dengan panjang masing-masing selang 10 cm.
- Letakkan pipa input pada rangkaian talang.
- Sambungkan pipa input dengan pompa air.
- Nyalakan pompa air, cek apakah ada kebocoran pada rangkaian dan kelancaran aliran air.
- Jika aliran air sudah lancar dan sudah tidak ada kebocoran, masukkan net pot yang berisi bibit tanaman pada lubang tanam.
- Sistem hidroponik NFT talang siap digunakan.
Estimasi Biaya Pembuatan Rangka Sistem Hidroponik
Perlu Anda ketahui, estimasi biaya pembuatan rangka sistem hidroponik seperti yang akan kita bahas berikut ini sifatnya tentatif. Artinya harga bisa berubah-ubah seiring waktu dan tergantung lokasi Anda juga.
Sistem Wick Botol
Ukuran : 10 botol x @1,5 liter
Tinggi : 20 cm
Populasi : 10 tanaman
Bahan | Jumlah | Harga Satuan | Harga Total |
Botol bekas 1,5 liter | 10 buah | Rp 1.000 | Rp 10.000 |
Potongan kain flannel | 1 lembar | Rp 2.000 | Rp 2.000 |
Media tanam rockwool | 1 buah | Rp 12.000 | Rp 12.000 |
Benih tanaman | 1 sachet | Rp 7.000 | Rp 7.000 |
Nutrisi AB mix | 1 paket | Rp 18.000 | Rp 18.000 |
Total | Rp 49.000 |
Sistem Wick Styrofoam
Ukuran : 60×50 cm
Tinggi : 20 cm
Populasi : 6 tanaman
Bahan | Jumlah | Harga Satuan | Harga Total |
Net pot | 6 buah | Rp 1.000 | Rp 6.000 |
Kain flannel | 1 lembar | Rp 2.000 | Rp 2.000 |
Benih tanaman | 1 sachet | Rp 7.000 | Rp 7.000 |
Box Styrofoam | 1 buah | Rp 17.000 | Rp 17.000 |
Nutrisi AB mix | 1 paket | Rp 18.000 | Rp 18.000 |
Total | Rp 50.000 |
Sistem Rakit Apung
Ukuran : 100×60 cm
Tinggi : 10 cm
Populasi : 15 tanaman
Bahan | Jumlah | Harga Satuan | Harga Total |
GRC ukuran 120×240 (100×60 cm) | 1 buah | Rp 52.000 | Rp 52.000 |
Styrofoam ukuran 200×100 (100×60 cm) | 1 buah | Rp 12.000 | Rp 12.000 |
Plastik UV 10×3 m | 1 buah | Rp 30.000 | Rp 30.000 |
Net pot | 15 buah | Rp 1.000 | Rp 15.000 |
Benih tanaman | 1 sachet | Rp 7.000 | Rp 7.000 |
Baja ringan untuk meja penyangga & rangga bak ukuran 100x60x10 cm | 2 batang | Rp 70.000 | Rp 140.000 |
Nutrisi AB mix | 1 paket | Rp 18.000 | Rp 18.000 |
Total | Rp 240.000 |
Sistem DFT Ulir
Ukuran : 100×60 cm
Tinggi : 150 cm
Populasi : 30 tanaman
Bahan | Jumlah | Harga Satuan | Harga Total |
Pipa 3” (6 buah @panjangnya 100 cm) | 2 batang | Rp 55.000 | Rp 110.000 |
Pipa ½” (1 batang) | 1 batang | Rp 13.000 | Rp 13.000 |
Dop 3” | 12 buah | Rp 6.500 | Rp 78.000 |
L knee ½” | 3 buah | Rp 1.000 | Rp 3.000 |
L drat dalam ½” | 11 buah | Rp 1.250 | Rp 13.750 |
Sock drat luar ½” | 11 buah | Rp 850 | Rp 9.350 |
Sock drat dalam ½” | 1 buah | Rp 1.000 | Rp 1.000 |
Stop kran ½” | 1 buah | Rp 10.000 | Rp 10.000 |
Net pot | 30 buah | Rp 1.000 | Rp 30.000 |
Kain flannel | 3 lembar | Rp 2.000 | Rp 6.000 |
Benih tanaman | 1 sachet | Rp 7.000 | Rp 7.000 |
Bak air 50 liter (container box) | 1 buah | Rp 120.000 | Rp 120.000 |
Pompa air celup (daya dorong 2 meter) | 1 buah | Rp 175.000 | Rp 175.000 |
Baja ringan untuk rangka | 2 batang | Rp 70.000 | Rp 140.000 |
Nutrisi AB mix | 1 paket | Rp 18.000 | Rp 18.000 |
Total | Rp 734.100 |
Sistem Dutch Bucket
Ukuran : 100×60 cm
Tinggi : 150 cm
Populasi : 30 tanaman
Bahan | Jumlah | Harga Satuan | Harga Total |
Pipa ½” | 1 batang | Rp 13.000 | Rp 13.000 |
Dop ½” | 1 buah | Rp 1.500 | Rp 1.500 |
L knee ½” | 7 buah | Rp 1.000 | Rp 7.000 |
L drat dalam ½” | 6 buah | Rp 1.250 | Rp 7.500 |
Sock drat luar ½” | 6 buah | Rp 850 | Rp 5.100 |
Sambungan pipa T ½” | 5 buah | Rp 1.700 | Rp 8.500 |
Sock drat dalam ½” | 1 buah | Rp 1.000 | Rp 1.000 |
Nepel | 6 buah | Rp 1.500 | Rp 9.000 |
Stick drip | 6 buah | Rp 1.500 | Rp 9.000 |
Selang mikro 5 mm | 3 buah | Rp 2.000 | Rp 6.000 |
Net pot | 6 buah | Rp 1.000 | Rp 6.000 |
Kain flanel | 1 lembar | Rp 2.000 | Rp 2.000 |
Benih tanaman | 1 sachet | Rp 7.000 | Rp 7.000 |
Box atau ember bekas | 6 buah | Rp 12.000 | Rp 72.000 |
Bak air 50 liter (container box) | 1 buah | Rp 120.000 | Rp 120.000 |
Baja ringan untuk meja penyangga | 2 batang | Rp 70.000 | Rp 140.000 |
Pompa air celup | 1 buah | Rp 175.000 | Rp 175.000 |
Nutrisi AB mix | 1 paket | Rp 18.000 | Rp 18.000 |
Total | Rp 607.600 |
Cara Membuat Nutrisi AB Mix
Nutrisi menggantikan unsur-unsur hara dalam tanah (makro dan mikro) dalam hidroponik, sehingga peranannya sangat penting. Dalam pembuatan larutan nutrisi hidroponik, perlu diperhatikan komposisinya, akan digunakan untuk sayuran daun atau buah, karena beda jenis tanaman akan memiliki tingkat kebutuhan unsur yang berbeda-beda pula (susunan komposisi untuk sayuran daun akan berbeda sama tanaman buah-buahan, misalnya). Nutrisi dibuat dengan dua macam pekatan A dan B. Kedua pekatan tersebut baru dicampur dengan air biasa saat akan digunakan.
Komposisi nutrisi A
Kalsium nitrat: 1176 gram, kalium nitrat: 616 gram, Fe EDTA: 38 gram.
Komposisi nutrisi B
Kalium dihidro fosfat: 335 gram, Amonium sulfat: 122 gram, Kalium sulfat: 36 gram, Magnesium sulfat: 790 gram, Cupri sulfat: 0,4 gram, Zinc sulfat: 1,5 gram, Asam borat: 4,0 gram, Mangan sulfat: 8 gram, ammonium hepta molibdat: 0,1 gram.
Bahan Yang Dibutuhkan
- Gelas ukur.
- Pengaduk non-logam.
- Air biasa.
- Nutrisi A dan B.
- Botol untuk tempat larutan nutrisi yang telah siap digunakan.
Langkah-langkah
Larutan Nutrisi A dan Nutrisi B
- Siapkan air biasa sebanyak 500 ml. masukkan nutrisi A ke dalam gelas ukur, aduk hingga nutrisi larut. Setelah larut, tuangkan larutan nutrisi A ke dalam botol dan beri label nama. Sebelum membuat larutan nutrisi B, cuci terlebih dahulu gelas ukur dengan air biasa.
- Selanjutnya siapkan air biasa 500 ml untuk membuat larutan nutrisi B, masukkan nutrisi B ke dalam gelas ukur, aduk hingga larut. Kemudian tuangkan larutan nutrisi B ke dalam botol dan beri label nama. Larutan nutrisi A dan B siap digunakan.
Larutan Nutrisi AB Mix
- Cara membuat larutan nutrisi AB mix yaitu dengan menyiapkan wadah plastik berisi 1 liter air biasa kemudian tuangkan larutan nutrisi A sebanyak 5 ml ke dalam wadah, aduk rata. Setelah tercampur, tuangkan larutan nutrisi B sebanyak 5 ml ke dalam wadah, aduk rata. Larutan nutrisi AB mix siap digunakan.
- Tuangkan larutan nurtrisi AB mix ke dalam media tanam hidroponik.
Pengaturan Debit Air Nutrisi, pH, dan PPM Yang Sesuai untuk Tanaman
- Pengaturan Debit Air Nutrisi
Selama proses perawatan tanaman, sebaiknya cek sekala berkala kadar PPM-nya dan debit airnya. Jika air sudah menyusut, sebaiknya segera ditambahkan agar tanaman dapat tumbuh maksimal. Setiap penambahan air biasa, tambahkan juga larutan nutrisi A dan B, kemudian sesuaikan kembali kadar PPM-nya dengan jenis tanaman yang ditanam dan usia tanaman tersebut.
- pH Yang Sesuai untuk Tanaman Hidroponik
Apa itu pH dan pengaruhnya terhadap tanaman? pH merupakan singkatan dari power of hydrogen atau kekuatan hydrogen. pH merupakan salah satu faktor penting dalam sistem hidroponik. Kadar keasaman larutan dihitung dari konsentrasi ion hydrogen dalam larutan tersebut. Larutan dianggap asam jika pH-nya di bawah 7.0 dan dianggap basa jika di atas 7.0. Tiap jenis tanaman memiliki tingkat pH masing-masing. Kadar pH terkadang bisa berubah. Contohnya di pagi hari saat anda cek kadar pH-nya 6,5 tapi pada sore hari berubah menjadi 8. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan karena mempengaruhi akar dalam menyerap nutrisi. Kadar pH nutrisi yang tidak tepat dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terlambat, daun menguning dan mungkin saja tanaman akan mati.
Dalam menanam menggunakan sistem hidroponik, kualitas air nutrisi sangatlah penting dan harus diperhatikan. Dalam hal ini adalah ukuran kepekatan nutrisi (PPM) dan tingkat keasaman air (pH). Alat yang digunakan untuk mengukur kepekatan nutrisi adalah TDS meter sedangkan untuk mengukur tingkat keasaman air menggunakan pH meter.
Tabel pH dan PPM untuk Berbagai Macam Sayuran
Nama Sayuran | pH | PPM |
Asparagus | 6.0-6.8 | 980-1260 |
Kacang | 6.0 | 1400-2800 |
Bawang Putih | 6.0 | 980-1260 |
Bayam | 6.0-7.0 | 1260-1610 |
Brokoli | 6.0-6.8 | 1960-2450 |
Paprika | 6.0-6.5 | 1240-1540 |
Jagung Manis | 6.0 | 840-1680 |
Kentang | 5.0-6.0 | 1400-1750 |
Ketimun | 5.5 | 1170-1750 |
Kubis | 6.5-7.0 | 1750-2100 |
Kembang Kol | 6.5-7.0 | 1050-1400 |
Labu | 5.5-7.5 | 1240-1680 |
Lobak | 6.0-7.0 | 840-1540 |
Selada | 6.0-7.0 | 560-840 |
Seledri | 6.5 | 1260-1680 |
Terong | 6.0 | 1750-2450 |
Tomat | 6.0-6.5 | 1400-3500 |
Ubi | 6.0 | 980-1260 |
Ubi Jalar | 5.5-6.0 | 1400-1750 |
Wortel | 6.5 | 1200-1400 |
Zucchini | 6.0 | 1260-1680 |
Nama Herb | pH | PPM |
Basil (Kemangi) | 5.5-6.5 | 700-1120 |
Chicory | 5.5-6.0 | 1400-1600 |
Daun Bawang | 6.0-6.5 | 1240-1540 |
Lavender | 6.4-6.8 | 700-780 |
Mint | 5.5-6.0 | 1400-1680 |
Peterseli | 5.5-6.0 | 560-1260 |
Rosemary | 5.5-6.0 | 700-1120 |
Yang perlu diperhatikan dari table di atas adalah ada batas bawah dan batas atas untuk setiap kebutuhan PPM-nya. Misal untuk bayam, batas bawahnya adalah 1260 dan batas atasnya adalah 1610. Itu berarti bahwa bayam masih bisa tumbuh dengan toleransi PPM di antara angka tersebut. Pada saat tanaman masih muda, maka kebutuhan nutrisi masih sedikit. Jadi anda bisa memberikan PPM batas bawah. Sebaliknya pada saat tanaman sudah tua maka akan membutuhkan nutrisi yang lebih banyak. Jadi berikanlah PPM batas atas.
Cara Agar PPM Stabil
Karena adanya perbedaan kadar PPM yang dibutuhkan setiap tanaman, maka ada baiknya menanam sayuran sejenis dalam 1 media tanam hidroponik. Cara menyesuaikan kadar PPM-nya bila berubah yaitu dengan menambahkan larutan nutrisi A atau B sehingga mendapatkan kadar PPm yang sesuai. Atau jika kadar terlalu tinggi, anda bisa menambahkan air biasa untuk menurunkan kadarnya.
Proses Pembibitan Hingga Pemanenan dalam Hidroponik
Dalam proses pembibitan, yang perlu diperhatikan adalah jenis benih dan kualitas dari benih tersebut. Memilih benih yang berkualitas merupakan langkah awal budidaya sayuran dan buah secara hidroponik. Adapun jenis-jenis benih yaitu: benih lokal dan benih hibrida. Sebaiknya gunakan jenis benih hibrida daripada benih lokal karena benih lokal daya tumbuhnya terkadang tidak seragam dan produktivitasnya rendah. Kemudian perlu diperhatikan juga media tanam serta penyemaian bibitnya. Semua hal tersebut sangatlah penting untuk mendukung pertumbuhan tanaman sehingga saat panen nanti hasilnya bisa memuaskan. Mari kita bahas hal-hal tersebut di atas satu per satu.
Media Tanam untuk Sistem Hidroponik
Pemilihan media tanam yang tepat sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Berikut ini jenis-jenis media tanam hidroponik yang sering digunakan.
- Arang Sekam
Berupa sekam bakar berwarna hitam dari proses pembakaran yang tidak sempurna. Secara fisik, arang sekam sangat ringan, kasar, dan warnanya yang hitam mampu mengabsorbsi atau menyerap sinar matahari secara efektif. pH-nya tinggi antara 8.5-9.0 dan mampu menghilangkan penyakit seperti bakteri dan gulma.
- Rockwool
Rockwool disebut juga mineral wool, yaitu bahan non-organik yang dibentuk dengan cara meniupkan udara atau uap ke dalam batuan yang dilelehkan. Sehingga akan terbentuk seperti fiber yang berongga dengan diameter umumnya sekitar 6-10 mikrometer. Rockwool mampu menyerap air dan udara dalam jumlah yang lebih banyak untuk membantu pertumbuhan akar tanaman. Keunggulan lain dari rockwool yaitu ramah lingkungan, bebas dari pathogen yang dapat menyebabkan penyakit, mudah dalam mengontrol kadar air, efisien dalam penggunaan air, minimal dalam penggunaan pupuk dan disinfektan.
- Serbuk Kayu
Serbuk kayu biasa digunakan sebagai media tanam untuk tanaman yang membutuhkan kelembapan tinggi seperti jamur.
- Cocopeat
Cocopeat merupakan media tanam yang berbentuk serbuk halus dari proses penghancuran sabut kelapa. Dalam proses penghancuran sabut dihasilkan serat yang lebih dikenal dengan fiber dan serbuk halus yang dikenal dengan cocopeat. Serbuk tersebut sangat cocok digunakan sebagai media tanam karena dapat menyerap air.
- Hidroton
Hidroton merupakan media tanam yang terbuat dari tanah liat yang telah dipanaskan dengan suhu tinggi. Bentuknya bulat-bulat dan ukurannya kecil seperti kelereng. Hidroton sangat cocok digunakan sebagai media tanam untuk teknik penanaman hidroponik karena mampu menyimpan kandungan air dengan baik, bersih, tidak merusak akar, pH netral dan stabil. Hidroton dapat digunakan berkali-kali sebagai media tanam.
Proses Penyemaian dan Pemindahan Bibit ke Media Tanam
Untuk memberikan ilustrasi yang jelas, media tanam yang digunakan sebagai contoh adalah rockwool. Berikut ini adalah langkah-langkah penyemaian biji dengan media rockwool.
Bahan dan Alat
- Net pot.
- Nampan plastik.
- Gergaji besi.
- Penggaris besi.
- Tusuk gigi.
- Kain flannel.
- Benih tanaman.
Cara Penyemaian
- Potong-potong rockwool bentuk kotak ukuran 2x2x2 cm, jangan sampai terputus agar bentuknya masih tetap kotak.
- Lubangi bagian tengah rockwool yang sudah dipotong dengan tusuk gigi. Jangan terlalu dalam, kira-kira ½ cm saja.
- Isi tiap lubang tanam dengan benih yang akan disemai menggunakan tusuk gigi yang telah dibasahi. Tiap 1 lubang diisi satu benih saja untuk jenis tanaman yang tumbuh besar atau berdaun lebat seperti selada, sawi, tomat, cabai, dll. Untuk jenis tanaman seperti kangkung, seledri, dll, tiap 1 potong rockwool dapat diisi dengan 4-5 biji benih.
- Setelah semua lubang rockwool terisi benih, pindahkan rockwool ke nampan plastik.
- Semprot rockwool dengan air biasa, cukup basah saja, jangan sampai tergenang air. Kemudian letakkan nampan di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung. Semprot rockwool setiap hari dengan air biasa pagi dan sore, jangan sampai rockwool kering.
- Setelah 1-3 hari benih akan mulai tumbuh, pindahkan ke tempat yang terkena sinar matahari untuk menghindari terjadinya etiolasi (pertumbuhan tidak sempurna yang umumnya ditandai dengan fisik tanaman yang kurus, tinggi, dan langsing) pada tanaman.
- Tunggu hingga tanaman berdaun 4 atau sudah berumur 1 minggu, kemudian pindah ke rangkaian hidroponik.
Proses Pemindahan Tanaman
- Pilihlah bibit yang sehat untuk dipindah tanam di instalasi peremajaan, jangan dicampur dengan bibit yang sakit atau tidak tumbuh dengan baik karena akan mempengaruhi keseluruhan kualitas hasil produksi. Sebagai catatan, bibit yang telah remaja bisa diletakkan di bawah sinar matahari langsung karena sudah cukup kuat.
- Pindahkan bibit beserta rockwool ke net pot untuk menghindari kerusakan akar. Kemudian dimasukkan ke lubang tanam sistem hidroponik.
- Siapkan jenis instalasi hidropoink yang akan digunakan kemudian siapkan air nutrisi AB mix sesuai jenis tanaman, sayuran daun atau buah. Lalu ukur kadar pH air biasa sebelum diberi nutrisi. Setelah air nutrisi siap digunakan, ukur kadar PPM-nya, sesuaikan dengan kebutuhan jenis tanaman. Tiap jenis tanaman berbeda kadar PPM yang dibutuhkan. Untuk jenis sayuran seperti selada, bayam, pakchoi, sawi dan sejenisnya, anda bisa menggunakan sistem NFT, rakit apung, sistem wick, sistem pasang surut dan aeroponik. Sedangkan untuk bibit seperti tomat, cabai, terong, dan tanaman yang ukurannya tinggi, cukup lebat, dan merambat, anda bisa menggunakan sistem hidroponik drip irrigation atau fertigasi agar tanaman dapat tumbuh maksimal.
- Pindahkan bibit remaja umur 7-14 hari atau telah berdaun 3-4 helai ke instalasi hidroponik yang ingin digunakan. Setelah bibit dipindahkan ke instalasi, yang harus dilakukan adalah memantau pertumbuhan tanaman secara berkala hingga masa panen.
- Pemeliharaan harian yang harus dilakukan yaitu mengecek debit air nutrisi dan kadar PPM-nya. Amati juga apabila ada serangan hama dan penyakit pada tanaman. Biasanya dapat dilihat di bagian daun, akar, atau buah. Segera pindahkan tanaman yang terkena hama dan penyakit agar tidak menyebar ke tanaman lainnya. Menjaga kebersihan lingkungan kebun juga tidak kalah penting serta kebersihan instalasi agar tidak berlumut.
Proses Pemanenan
Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 06.00-08.00 karena saat itu embun sudah menguap dan panas belum terik, sehingga hasil panen segar dan tidak mudah layu. Atau bisa juga melakukan panen pada pukul 17.00.
Panenlah sesuai usia panen masing-masing tanaman, karena jika terlalu lama tidak dipanen akan menyebabkan rasa sayuran menjadi pahit.
Pemanenan dilakukan dengan cara memindahkan tanaman siap panen dan pindahkan ke nampan plastik. Kemudian lepaskan tanaman dari net pot. Hasil panen kemudian siap diolah.
Kenali Hama, Penyakit, dan Tanda-tandanya
Beberapa hama yang sering menyerang tanaman hidroponik di antaranya adalah kutu daun, tungau, busuk batang dan daun, embun tepung dan nematoda. Di bawah ini adalah beberapa jenis hama penyakit dan tanda-tanda kondisi tanaman yang terserang.
Hama Penyakit | Kondisi Tanaman Yang Terserang |
Thrips (thrips.sp) | Daun keriting ke atas, buah mudah rontok. |
Kutu kebul (bemisia tabaci) | Daun keriting menguning. |
Kutu daun (myzrus persicae) | Kutu berwarna kemerahan di bagian pucuk daun yang menyebabkan daun menjadi keriput, keriting, dan menghambat pembentukan bunga atau buah. |
Ulat grayak (spodoptera litura) | Bertelur pada daun dan memakan daun secara bersama-sama sehingga daun menjadi berlubang. |
Ulat buah (dacus dorsalis hend) | Hama yang memakan cabai hingga berlubang. |
Ulat potong (agrotis sp.) | Memotong batang tanaman saat mulai tumbuh. |
Lalat buah (bactrocera spp.) | Buah menjadi busuk, kulitnya seperti tersiram air panas. Terdapat ulat di dalam buah. |
Rebah semai (phytium sp.) | Terjadi pembusukan pada pangkal batang dan membuat patah batangnya. |
Busuk buah kering (antraknosa) | Pembusukan pada buah hingga mengering. |
Busuk batang dan daun (phytoptora infestans) | Tanaman yang terserang hama ini akan mengalami bercak-bercak pada bagian tepi daun dan ujungnya. |
Embun tepung (powdery mildew) | Daun yang terserang akan berwarna cokelat dan sebelah bawah terdapat lapisan tepung berwarna putih. |
Bercak daun (cercospora) | Daun akan menguning dan rontok. Biasanya menyerang batang, tangkai daun, dan tangkai buah. |
Layu fusarium (fusarium oxysoprum) | Biasanya tanaman akan menjadi layu pada bagian leher akarnya dan mengering. |
Tungau | Mengakibatkan daun menjadi berbercak kekuningan atau cokelat, mengering, dan rontok. |
Nematoda | Menyerang pangkal batang hingga pucuk yang membuat tanaman akan tumbuh kerdil dan tangkai daun kurus. |
Etiolasi dan Cara Pencegahannya
Etiolasi atau biasa disebut dengan KUTILANG (kurus, tinggi, langsing) merupakan kondisi benih yang terlambat mendapatkan sinar matahari saat benih mulai pecah. Di saat musim hujan, proses pembenihan dapat dibantu dengan growing lamp sebagai pengganti sinar matahari. Jika terjadi etiolasi, sebaiknya dibuang saja dan buat semaian baru lagi. Karena jika dilanjutkan pun, pertumbuhannya tidak akan maksimal.
Cara Mencegah dan Mengatasi Lumut pada Air Nutrisi Hidroponik
Gangguan lumut akan muncul karena air nutrisi langsung terpapar oleh matahari. Lumut yang muncul di paralon itu terdapat di lubang yang tidak ada tanamannya. Sedangkan yang ada tanamannya tidak muncul lumut. Jadi dapat disimpulkan, cara mencegah lumut pada air nutrisi yaitu dengan mencegah air nutrisi langsung terpapar sinar matahari, jika menggunakan sistem NFT, usahakan tempat air tertutup rapat dan menggunakan tempat air berwarna gelap agar cahaya tidak masuk.
Produk-produk tadi dapat Anda lihat disini.