Cemara udang (Casuarina equisetifolia) mudah dikenali dengan tekstur batang besar, kulit batang kasar, daun warna hijau dengan ujung yang tajam, terlihat seperti jarum. Merupakan species cemara she-oak yang berasal dari genus Casuarina Tanaman ini banyak ditemukan di Burma, Vietnam, Malesia, sampai Australia Selatan, termasuk Indonesia. Banyak juga ditemukan di Florida serta di Madagaskar, juga Afrika Selatan.
Nama latin speciesnya ‘equisetifolia’ berasal dari Bahasa Latin equisetum yang berarti rambut kuda, sesuai dengan karakteristik tanaman cemara udang yang mirip rambut kuda maupun ekor kuda. Tanaman cemara udang yang juga disebut Australian pine ini merupakan pohon evergreen yang dapat tumbuh hingga 6 sampai puluhan meter (ada yang 35 meter ditemukan), daunnya berwarna hijau keperakan, sudah mendunia sebagai subjek bonsai, konon katanya spesimen cemara udang di Indonesia dan yang dibudidayakan di Taiwan merupakan bonsai terbaik di dunia.
Kayu cemara udang juga merupakan kayu bakar terbaik. Di Hawaii tanaman ini digunakan untuk mencegah erosi dan juga sebagai elemen pemecah angin (mengatasi terpaan angin yang terlalu kencang). Di Indonesia sendiri cemara udang banyak ditemukan di Sumenep Madura, tepatnya di Pantai Lombang. Cukup mudah diperbanyak melalui cangkok, membutuhkan 60 hari lamanya (sekitar 2 bulan) agar akar tanaman dapat tumbuh.
Nama ilmiah (botanical name): Casuarina equisetifolia
Bibit berasal dari: cangkok
Rekomendasi dataran dan kondisi tempat tumbuh optimal: dataran rendah – tinggi, suhu panas maupun dingin
Kebutuhan sinar matahari: full sun (penyinaran sepanjang hari)
Jika ditanam di pot, rekomendasi ukuran pot: diameter 20-30 cm
Media tanam yang digunakan: tanah humus atau tanah kompos
Intensitas penyiraman: satu kali dalam sehari
Ilustrasi ukuran tanaman saat dikirim ke Anda: 20-40 cm
Ilustrasi tinggi tanaman ketika tumbuh besar: tinggi 100 – 200 cm
Tips pemberian pupuk (pemupukan): dilakukan kira-kira 30 hari sekali, menggunakan pupuk NPK Daun